Sabtu, 14 September 2013

BRUXISM

 Taukah   anda   istilah  Bruxism, atau dalam bahasa Jawa :   ” KEROT/ KERAT ” ? atau, pernahkah anda mendengar suara berisik/ gemeretak dari gigi-geligi anak anda yang sedang tertidur pulas?. Apabila anda mengetahui dan menyadari terjadinya hal tersebut pada anak anda, maka waspadailah dengan segera!
            Tujuan dari penulisan artikel ini untuk memberikan informasi ilmiah mengenai Bruxism  tersebut dan pengenalan alat untuk menangani kebiasaan ini sehingga dapat mencegah terkikisnya gigi-geligi dan menghilangkan rasa nyeri pada wajah dan sendi rahang yang biasa menyertai kelainan ini.

Bruxism pada Gigi atas

      Bruxism  dan faktor penyebabnya.
  Bruxism adalah kebiasaan buruk yang tidak disadari, yang terjadi pada saat tidur, yaitu dengan menggerinda gigi-geliginya sendiri (antara gigi-geligi atas dan bawah) dengan kekuatan tekanan yang sangat besar dan berulang-ulang sehingga menimbulkan suara berisik. Ini ibarat mengunyah permen karet tanpa permen karetnya, sehingga selalu menimbulkan pergerakan rahang.

  Kebiasaan buruk ini sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan psikologis yaitu stress dan kecemasan, karena stress atau kecemasan pada siang hari akan diikuti oleh tingkat aktifitas otot rahang yang lebih tinggi di malam harinya.

          Anak-anak yang hidup dalam lingkungan dengan disiplin yang tinggi (misalnya dalam lingkungan kehidupan militer), perpindahan tempat tinggal dari satu daerah ke daerah yang lain dengan bahasa dan budaya yang berbeda serta tingkat psikologis yang dimiliki anak, dapat menjadi faktor timbulnya kelainan ini.

    Gejala Klinis.
  Gejala yang timbul akibat bruxism bervariasi, diantaranya yaitu :
  •     Anak sering mengeluh pusing/ sakit kepala.
  •     Nyeri pada otot wajah dan otot rahang yang dapat meluas sampai ke tulang tengkorak/kepala, keleher bahkan ke punggung.
  • Rasa lelah yang berlebihan saat bangun tidur dan kadang sulit untuk membuka mulutnya lebar-lebar karena rahang terasa kaku.
  • Kebiasaan bruxism yang terus berlanjut, dapat menyebabkan abrasi/ terkikisnya gigi-geligi susu dan permanent.
  •  Jika masih berlanjut  sampai  dewasa, maka dapat menyebabkan penyakit/ kelainan pada  tulang rahang, gusi dan sendi rahang (Temporomandibular Disorder).
          Penanganan awal terhadap penderita bruxism dapat membantu mengurangi Temporomandibular Disorder  seperti rasa sakit/ nyeri pada wajah dan sendi rahang serta keterbatasan gerak rahang, yang bisa terjadi di kemudian hari.
  Pemakaian suatu Bite Splint dari resin acrylic / Polymethyl methacrylate (alat bantu lepasan) pada gigi-geligi adalah metode pencegahan yang paling  baik karena dapat membatasi gerak rahang yang berlebihan dan  mencegah terkikisnya  struktur gigi yang lebih jauh lagi.
        
Bite Splint

Gigi rahang bawah yang dipasangi bite splint


           Bite Splint dipakai tiap malam saat tidur dan juga selama siang hari ketika mereka mengalami tekanan psikis. Ketika tidak sedang digunakan, maka sebaiknya Splint disimpan dalam wadah berisi sedikit air.

Seorang dokter gigi perlu mempertimbangkan resiko anak dengan kebiasaan bruxism dari hasil anamnese dengan orang tua anak. Pada kondisi yang demikian, diperlukan pemutusan atau sedikitnya pengurangan rangsangan yang menyebabkan aktifitas otot meningkat, khususnya tekanan lingkungan.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan beberapa bentuk perawatan diantaranya latihan relaksasi, penggunaan obat penenang otot, bimbingan konseling dan penentraman hati yang dapat  mengurangi tekanan psikologis, serta bentuk perawatan lain yaitu penggunaan bite appliance dan occlusal adjustment yang dapat menghasilkan penurunan aktifitas bruxism secara keseluruhan. 
(drg. Hellen Amalia, Sp.KGA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar