Tujuan dari penulisan artikel ini untuk memberikan informasi ilmiah mengenai Bruxism
tersebut dan pengenalan alat untuk menangani kebiasaan ini sehingga
dapat mencegah terkikisnya gigi-geligi dan menghilangkan rasa nyeri pada
wajah dan sendi rahang yang biasa menyertai kelainan ini.
Bruxism dan faktor penyebabnya.
Bruxism
adalah kebiasaan buruk yang tidak disadari, yang terjadi pada saat
tidur, yaitu dengan menggerinda gigi-geliginya sendiri (antara
gigi-geligi atas dan bawah) dengan kekuatan tekanan yang sangat besar
dan berulang-ulang sehingga menimbulkan suara berisik. Ini ibarat
mengunyah permen karet tanpa permen karetnya, sehingga selalu
menimbulkan pergerakan rahang.
Kebiasaan buruk ini sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan psikologis yaitu stress dan kecemasan, karena stress atau kecemasan pada siang hari akan diikuti oleh tingkat aktifitas otot rahang yang lebih tinggi di malam harinya.
Anak-anak yang hidup dalam lingkungan dengan disiplin yang tinggi
(misalnya dalam lingkungan kehidupan militer), perpindahan tempat
tinggal dari satu daerah ke daerah yang lain dengan bahasa dan budaya
yang berbeda serta tingkat psikologis yang dimiliki anak, dapat menjadi
faktor timbulnya kelainan ini.
Gejala Klinis.
Gejala yang timbul akibat bruxism bervariasi, diantaranya yaitu :
- Anak sering mengeluh pusing/ sakit kepala.
- Nyeri pada otot wajah dan otot rahang yang dapat meluas sampai ke tulang tengkorak/kepala, keleher bahkan ke punggung.
- Rasa lelah yang berlebihan saat bangun tidur dan kadang sulit untuk membuka mulutnya lebar-lebar karena rahang terasa kaku.
- Kebiasaan bruxism yang terus berlanjut, dapat menyebabkan abrasi/ terkikisnya gigi-geligi susu dan permanent.
- Jika masih berlanjut sampai dewasa, maka dapat menyebabkan penyakit/ kelainan pada tulang rahang, gusi dan sendi rahang (Temporomandibular Disorder).
Penanganan awal terhadap penderita bruxism dapat membantu mengurangi Temporomandibular Disorder seperti rasa sakit/ nyeri pada wajah dan sendi rahang serta keterbatasan gerak rahang, yang bisa terjadi di kemudian hari.
Pemakaian suatu Bite Splint dari resin acrylic / Polymethyl methacrylate (alat bantu lepasan) pada gigi-geligi adalah metode pencegahan yang paling baik karena dapat membatasi gerak rahang yang berlebihan dan mencegah terkikisnya struktur gigi yang lebih jauh lagi.
Bite Splint dipakai tiap
malam saat tidur dan juga selama siang hari ketika mereka mengalami
tekanan psikis. Ketika tidak sedang digunakan, maka sebaiknya Splint disimpan dalam wadah berisi sedikit air.
Seorang dokter gigi perlu mempertimbangkan resiko anak dengan kebiasaan bruxism dari hasil anamnese dengan orang tua anak. Pada
kondisi yang demikian, diperlukan pemutusan atau sedikitnya pengurangan
rangsangan yang menyebabkan aktifitas otot meningkat, khususnya tekanan
lingkungan.
Untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan beberapa bentuk perawatan diantaranya
latihan relaksasi, penggunaan obat penenang otot, bimbingan konseling
dan penentraman hati yang dapat mengurangi tekanan psikologis, serta
bentuk perawatan lain yaitu penggunaan bite appliance dan occlusal
adjustment yang dapat menghasilkan penurunan aktifitas bruxism secara
keseluruhan.
(drg. Hellen Amalia, Sp.KGA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar